Aku dan Diri II
Bila terpandang pada diri,
Rerambut di kepala yang gugur sehelai demi sehelai,
Kuku jejari yang kian memanjang,
Badan yang acapkali didera dengan kesakitan dan dilawati oleh penyakit yang tidak disuruh mendatang.
Terpandang pada masa, terasa kian singkat ia berlalu deras,
Tak terkejar untuk mengejar, sebab masa tiada masa untuk membuang masa
Terpandang pada akal..
Sejak akhir-akhir ini, sukar benar untuk mengingat,
Payah benar untuk berfikir dengan jalan waras,
Terkadang terlontar sebentar ke daerah kesesatan,
Terkadang diheret-heret untuk menari galak gembira sakan dibawa kelalaian.
Terpandang pada akhlak,
Wahai…. dirimu kian hari menjadi buruk dan hodoh,
Engkau ingin berada di kelompok ramai dan membiarkan mereka mencemarkan dirimu sambil engkau merelakan,
Terpandang pada ujian,
Setiap masa dan ketika beratur bergilir-gilir menghenyak hati sanubari,
Terasa tidak tertanggung, tidak terluah untuk menyampaikan,
Selalu benarlah ia mengetuk pintu kesabaran.
Lalu aku tertanya, sampai bila keadaan ini perlu berterusan,
Tiadakah sempadan mengelak ia dari terus berpanjangan….
Tiada ulasan:
Catat Ulasan